Senin, 26 April 2021

SIFAT-SIFAT ALLAH SWT

 

1.  Sifat Wajib Bagi Allah Swt

Sifat wajib bagi Allah Swt ada  20 (dua puluh), yaitu :

1)    Wujud, artinya ada.

Mustahil Tuhan tidak ada. Bukti akan keberadaan Tuhan adalah keberadaan alam semesta ini. Jika Tuhan tidak ada, maka alam juga tidak ada. Keberadaan makhluk (yang diciptakan) menunjukkan adanya khaliq (yang menciptakan). Apabila ada yang mengatakan, “Sesungguhnya bangku yang kau duduki itu tidak ada yang membuatnya. Ia tercipta sendiri dengan sebuah proses kebetulan yang akurat”. Maka akal sehat kita mengatakan, “Ini pernyataan bodoh! Bangku itu pasti ada yang membuatnya. Yang membuatnya pastilah si tukang kayu atau yang semisal dengannya”. Sebagaimana bangku yang tidak mungkin terwujud tanpa ada yang membuatnya, begitupula dengan alam ini. Tidak mungkin alam tercipta sendiri. Yang bisa membuat dan menciptakan alam hanyalah Tuhan; yaitu Allah Swt. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :

هُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ

“Dialah Allah yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi”

(Q.S. al-Hadid : 4)

2)   Qidam, artinya Maha Dahulu.

Allah Swt bersifat Qidam, yang artinya adalah : Maha Dahulu. Dengan kata lain, Allah Swt tidak ada permulaannya. Selain Allah disebut makhluk, dan setiap makhluk memiliki permulaan. Allah Swt tidak diciptakan siapapun. Allah Swt tidak dilahirkan dari apapun. Terkait hal ini, Allah Swt berfirman di dalam al-Qur’an :

هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡأٓخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ ٣

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-Hadid : )

 

3)   Baqo, artinya Kekal atau Tetap.

Allah Swt bersifat Baqo. Mustahil Dia akan musnah, hilang, atau binasa. Kalau Tuhan bisa binasa, hilang, atau mati maka siapa yang mengurus alam semesta? Siapa pula yang akan menggantikan-Nya?  Tentu tidak masuk akal bila Tuhan bisa mati. Allah Swt Maha Kekal dan Dia akan senantiasa demikian. Allah Swt berfirman di dalam al-Qur’an :

كُلُّ شَيۡءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجۡهَهُۥۚ لَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ٨٨

“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (Q.S. al-Qashash : 88)

 

4)   Mukholafatu lil hawaaditsi

Allah Swt bersifat mukhoolafatu lil hawaaditsi, yang berarti : Berbeda dengan makhluk-Nya. Tuhan tidak mungkin sama dengan makhluk-Nya. Sang Pencipta tidak mungkin sama dengan ciptaan-Nya. Sifat-sifat Tuhan tidak sama dengan sifat-sifat makhluk. Dzat Tuhan juga tidak sama dengan makhluk. Manusia perlu makan, minum, dan tempat. Tuhan tidak membutuhkan semua itu. Tuhan tidak butuh makanan, minuman, ataupun tempat. Tuhan tidak menyerupai sesuatu apapun dan tak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Maha Suci Allah Swt dari segala sifat penyerupaan dengan makhluk-Nya. Terkait hal ini, Allah Swt berfirman :

لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. asy-Syuura : 11)

 

5)   Qiyaamuhu binafsihi

Allah bersifat Qiyaamuhu binafsihi yang berarti Berdiri sendiri. Maksudnya, Allah Swt tidak membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Kalau Allah Swt membutuhkan bantuan dan pertolongan dari yang lain, maka hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt itu lemah. Padahal, Allah Swt tidak lemah. Dia Maha Sempurna, Maha Kuat, lagi Maha Perkasa. Kitalah yang membutuhkan pertolongan-Nya, bukan sebaliknya. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (Q.S. al-Ankabut : 6)

 

6)   Wahdaaniyyah

Allah Swt bersifat Wahdaaniyyah, yang berarti Esa. Tuhan harus Maha Esa. Tidak mungkin Tuhan itu banyak. Jika dalam sebuah organisasi terdapat lebih dari satu Ketua, makan rentan timbul perselisihan dan pertikaian. Bagaimana jika Tuhan itu ada dua, tiga, empat...atau lebih dari itu”!? Maka yang terjadi adalah perselisihan, pertikaian dan bahkan pertempuran. Persis seperti yang kita lihat dalam dongeng-dongen mitologi Yunani.  Dan itu mustahil teradi.

Keesaan Tuhan inilah yang diasampaikan seluruh Nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw, dengan konsep TAUHID. Allah Swt berfirman :

وَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٣

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. al-Baqarah : 163)

 

7)   Qudrot, artinya Kuasa.

Allah Swt bersifat qudrot, mustahil Dia bersifat dha’if (lemah) . Kalau Tuhan itu lemah, maka Dia tidak memiliki kuasa. Lalu bagaimana Dia hendak mencipta dan mengatur seluruh makhluk bila Dia lemah?!

Sebaliknya, Tuhan berkuasa untuk melakukan segala sesuatu, dan tidak ada satu kekuatanpun yang dapat menolak kuasa-Nya. Allah Swt berfirman :

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٗا ٢٧

“Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu” (Q.S. al-Ahzab : 27)

 

8)   Iroodah

Allah Swt bersifat Iroodah yang berarti kehendak. Maksudnya adalah Allah Swt dalam berbuat dan menetapkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Jadi bukan karena Ia dipaksa oleh yang lain. Allah Swt berfirman :

وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخۡتَارُۗ

“ Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya”

(Q.S. al-Qoshosh : 68)

 

9)   Ilmu

Allah Swt memiliki sifat Ilmu. Ilmu Allah Swt sangat luas, meliputi segala sesuatu. Tidak ada yang luput dari ilmunya Allah Swt. Salah satu konsekuensi logis dari penciptaan Allah Swt adalah bahwa Sang Pencipta pasti mengetahui seluruh seluk-beluk ciptaan-Nya. Allah Swt berfirman :

وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٢٩

“Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-Baqoroh : 29)

 

10) Hayat

Allah Swt bersifat Hayat, artinya hidup. Mustahil Allah Swt itu mati. Kalau  Sang Pemelihara Alam mati, maka alam ini pastilah binasa. Allah Swt hidup abadi, tidak ada ujungnya, tidak ada akhirnya. Allah swt berfirman :

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (Q.S. al-Baqoroh : 255)

 

11)  Sama’

Allah Swt memiliki sifat sama’, yang artinya mendengar . Mustahil Allah Swt itu tuli. Dia mendengar, bukan dengan menggunakan daun telinga. Dia mendengar tidak memerlukan alat seperti makhluk. Tak ada satu halpun yang dapat tersembunyi dari pendengaran Allah Swt.

Allah Swt berfirman :

 وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١

“dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

 (Q.S. asy-Syuura : 11)

 

12) Bashar

Allah Swt memiliki sifat bashar¸ yang artinya melihat. Mustahil Ia buta, sebab buta adala salah sifat kekurangan.  Tuhan harus bersifat ke maha sempurnaan. Allah Swt melihat tidak menggunakan alat, perangkat, atau anggota tubuh seperti bola mata. Tidak boleh menyifatkan Allah Swt dengan sifat-sifat jasmaniyah seperti itu. Imam al-Ghozali rahimahullah mengatakan, tak ada apapun yang dapat luput dari penglihatan Allah Swt; meskipun seekor semut hitam diatas batu hitam di malam yang kelam. Allah Swt melihat yang tampak, maupun yang bathin, bahkan yang kita sembunyikan di dalam dada. Mengenai sifat ini, Allah Swt berfirman :

وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١

“dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

 (Q.S. asy-Syuura : 11)

 

13) Kalam

Allah Swt memiliki sifat kalaam, yang artinya berbicara. Mustahil Tuhan itu bisu. Allah Swt berbicara namun tidak seperti makhluk-Nya. Imam al-Ghozali rahimahullah mengatakan :

“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha Berbicara. Ia memerintah, melarang, berjanji dan memberikan ancaman dengan kalaam yang azaly serta qodim (terdahulu) . Kalaam Allah Swt tidak sama dengan kalaam makhluk, sebagaimana Dzat Allah Swt tidaklah sama dengan dzat para makhluk. Maka kalaam Allah Swt bukan berupa suara yang dihasilkan oleh infiltrasi udara atau pantulan dari bunyi-bunyian. Kalaam Allah Swt juga bukan berupa huruf yang terbentuk akibat gerakan bibir dan pergerakan lidah.

Al-qur’an, Taurat, Injil, dan Zabur adalah kitab-kitab yang Allah Swt turunkan kepada para rasul-Nya. Sesungguhnya al-Qur’an itu dapat dibaca dengan lidah, ditulis dalam mushaf, dan dihafal di dalam hati. Meskipun demikian,  al-Qur’an itu qodim  sesuai dengan Dzat Allah Swt, ia tidak terpisah dari Allah Swt dengan kepindahannya ke hati atau lembaran-lembaran.  Sesungguhnya Nabi Musa As mendengar kalaamullah tidak berbentuk suara ataupun huruf ”. Dalil sifat kalaam ini adalah firman Allah Swt :

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمٗا ١٦٤

“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benarnya”

(Q.S. al-Nisa : 164)

 

14) (Kaunuhu) Qoodiron

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Qoodiron, artinya “keadaan-Nya senantiasa berkuasa”. Karena Allah Swt memiliki sifat qudrot, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan berkuasa. Kekuasaan-Nya tidak pernah berkurang sedikitpun. Kekuasaan-Nya tidak pernah hilang sekejappun. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat qudrot.

 

15) (Kaunuhu) Muriidan

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Muriidan, artinya “keadaan-Nya senantiasa berkehendak”. Karena Allah Swt memiliki sifat Iroodah, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan berkehendak. Tidak akan pernah ada makhluk yang dapat memaksakan kehendaknya kepada Allah Swt. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat iroodah.

 

16) (Kaunuhu) ‘Aaliman

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) ‘Aaliman, artinya “senantiasa dalam keadaan-mengetahui”. Karena Allah Swt memiliki sifat ilmu, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan mengetahui. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat ilmu.

 

 

 

17) (Kaunuhu) Hayyan

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Hayyan, artinya “senantiasa dalam keadaan hidup”. Karena Allah Swt memiliki sifat hayaat, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan hidup. Makhluk itu hidup lalu mati. Sedangkan Allah Swt hidup, dan tetap dalam keadaan hidup selamanya. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat hayaat.

 

 

 

18) (Kaunuhu) Samii’an

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Samii’an, artinya “senantiasa dalam keadaan mendengar”. Karena Allah Swt memiliki sifat sama’, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan mendengar. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat sama’.

 

19) (Kaunuhu) Bashiiron

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Bashiiron, artinya “senantiasa dalam keadaan mendengar”. Karena Allah Swt memiliki sifat bashor, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan melihat. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat bashor.

 

20)                (Kaunuhu) Mutakalliman

Allah Swt bersifat (Kaunuhu) Mutakalliman, artinya “senantiasa dalam keadaan berbicara”. Karena Allah Swt memiliki sifat kalaam, maka Allah Swt senantiasa dalam keadaan berbicara. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat kalaam.


1.  Sifat Mustahil Bagi Allah Swt

Sifat mustahil bagi Allah Swt adalah sifat-sifat yang tidak boleh dan tidak mungkin ada pada Allah Swt. Sifat mustahil bagi Allah Swt ada 20 (dua puluh), yaitu kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah Swt.

 

2.  Sifat Jaiz bagi Allah Swt

Jaiz secara bahasa artinya “boleh”. Sifat jaiz bagi Allah Swt hanya ada 1 (satu), yaitu :

فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْ تَرْكُهُ

 “Mengerjakan segala sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya”

Maksudnya adalah Allah Swt bebas apakah mencipta atau tidak mencipta. Allah Swt bebas untuk berbuat atau tidak berbuat. Tidak ada paksaan bagi Allah Swt dalam melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu. Allah Swt bebas menciptakan makhluk sesuai dengan sunnatullah atau tidak sesuai dengan sunnatullah. Allah Swt bebas menjadikan anak unta terlahir dari induknya. Allah Swt juga bebas saja menjadikan anak unta Nabi Shaleh As terlahir dari sebuah batu.  Terkait hal ini, Allah Swt berfirman :

رَّبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِكُمۡۖ إِن يَشَأۡ يَرۡحَمۡكُمۡ أَوۡ إِن يَشَأۡ يُعَذِّبۡكُمۡۚ

“Tuhan kalian lebih mengetahui tentang kalian. Dia akan merahmati kalian jika Dia menghendaki dan Dia akan mengadzab kalian, jika Dia menghendaki”(Q.S. al-Isra : 54)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar