1. Sifat Wajib Bagi Allah Swt
Sifat wajib bagi Allah Swt ada 20 (dua puluh), yaitu :
1) Wujud, artinya ada.
Mustahil Tuhan
tidak ada. Bukti akan keberadaan Tuhan adalah keberadaan alam semesta ini. Jika
Tuhan tidak ada, maka alam juga tidak ada. Keberadaan makhluk (yang
diciptakan) menunjukkan adanya khaliq (yang menciptakan). Apabila ada
yang mengatakan, “Sesungguhnya bangku yang kau duduki itu tidak ada yang
membuatnya. Ia tercipta sendiri dengan sebuah proses kebetulan yang akurat”.
Maka akal sehat kita mengatakan, “Ini pernyataan bodoh! Bangku itu pasti ada yang membuatnya. Yang
membuatnya pastilah si tukang kayu atau yang semisal dengannya”.
Sebagaimana bangku yang tidak mungkin terwujud tanpa ada yang membuatnya,
begitupula dengan alam ini. Tidak mungkin alam tercipta sendiri. Yang bisa
membuat dan menciptakan alam hanyalah Tuhan; yaitu Allah Swt. Dalam hal ini
Allah Swt berfirman :
هُوَ
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ
“Dialah Allah yang telah menciptakan seluruh
langit dan bumi”
(Q.S. al-Hadid : 4)
2) Qidam, artinya Maha Dahulu.
Allah Swt
bersifat Qidam, yang artinya adalah : Maha Dahulu. Dengan kata lain, Allah Swt
tidak ada permulaannya. Selain Allah disebut makhluk, dan setiap makhluk
memiliki permulaan. Allah Swt tidak diciptakan siapapun. Allah Swt tidak
dilahirkan dari apapun. Terkait hal ini, Allah Swt berfirman di dalam al-Qur’an
:
هُوَ
ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡأٓخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ
٣
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S.
al-Hadid : )
3) Baqo, artinya Kekal atau Tetap.
Allah Swt
bersifat Baqo. Mustahil Dia akan musnah, hilang, atau binasa. Kalau Tuhan bisa
binasa, hilang, atau mati maka siapa yang mengurus alam semesta? Siapa pula
yang akan menggantikan-Nya? Tentu tidak masuk
akal bila Tuhan bisa mati. Allah Swt Maha Kekal dan Dia akan senantiasa
demikian. Allah Swt berfirman di dalam al-Qur’an :
كُلُّ شَيۡءٍ هَالِكٌ
إِلَّا وَجۡهَهُۥۚ لَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ ٨٨
“Segala
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (Q.S.
al-Qashash : 88)
4) Mukholafatu lil hawaaditsi
Allah Swt
bersifat mukhoolafatu lil hawaaditsi, yang berarti : Berbeda dengan
makhluk-Nya. Tuhan tidak mungkin sama dengan makhluk-Nya. Sang Pencipta tidak
mungkin sama dengan ciptaan-Nya. Sifat-sifat Tuhan tidak sama dengan
sifat-sifat makhluk. Dzat Tuhan juga tidak sama dengan makhluk. Manusia perlu
makan, minum, dan tempat. Tuhan tidak membutuhkan semua itu. Tuhan tidak butuh
makanan, minuman, ataupun tempat. Tuhan tidak menyerupai sesuatu apapun dan tak
ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. Maha Suci Allah Swt dari segala sifat
penyerupaan dengan makhluk-Nya. Terkait hal ini, Allah Swt berfirman :
لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ
شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١
“Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (Q.S. asy-Syuura : 11)
5) Qiyaamuhu binafsihi
Allah bersifat
Qiyaamuhu binafsihi yang berarti Berdiri sendiri. Maksudnya, Allah Swt
tidak membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Kalau Allah Swt
membutuhkan bantuan dan pertolongan dari yang lain, maka hal ini menunjukkan
bahwa Allah Swt itu lemah. Padahal, Allah Swt tidak lemah. Dia Maha Sempurna,
Maha Kuat, lagi Maha Perkasa. Kitalah yang membutuhkan pertolongan-Nya, bukan
sebaliknya. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِيٌّ
عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦
“Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (Q.S. al-Ankabut : 6)
6) Wahdaaniyyah
Allah Swt
bersifat Wahdaaniyyah, yang berarti Esa. Tuhan harus Maha Esa. Tidak
mungkin Tuhan itu banyak. Jika dalam sebuah organisasi terdapat lebih dari satu
Ketua, makan rentan timbul perselisihan dan pertikaian. Bagaimana jika Tuhan
itu ada dua, tiga, empat...atau lebih dari itu”!? Maka yang terjadi adalah
perselisihan, pertikaian dan bahkan pertempuran. Persis seperti yang kita lihat
dalam dongeng-dongen mitologi Yunani. Dan
itu mustahil teradi.
Keesaan Tuhan
inilah yang diasampaikan seluruh Nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw, dengan
konsep TAUHID. Allah Swt berfirman :
وَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ
وَٰحِدٞۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٣
“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S.
al-Baqarah : 163)
7) Qudrot, artinya Kuasa.
Allah Swt
bersifat qudrot, mustahil Dia bersifat dha’if (lemah) . Kalau
Tuhan itu lemah, maka Dia tidak memiliki kuasa. Lalu bagaimana Dia hendak
mencipta dan mengatur seluruh makhluk bila Dia lemah?!
Sebaliknya,
Tuhan berkuasa untuk melakukan segala sesuatu, dan tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat menolak kuasa-Nya. Allah Swt berfirman :
وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ
قَدِيرٗا ٢٧
“Dan
adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu” (Q.S. al-Ahzab : 27)
8) Iroodah
Allah Swt
bersifat Iroodah yang berarti kehendak. Maksudnya adalah Allah Swt dalam
berbuat dan menetapkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Jadi bukan karena Ia
dipaksa oleh yang lain. Allah Swt berfirman :
وَرَبُّكَ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ
وَيَخۡتَارُۗ
“
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya”
(Q.S.
al-Qoshosh : 68)
9) Ilmu
Allah Swt
memiliki sifat Ilmu. Ilmu Allah Swt sangat luas, meliputi segala sesuatu. Tidak
ada yang luput dari ilmunya Allah Swt. Salah satu konsekuensi logis dari
penciptaan Allah Swt adalah bahwa Sang Pencipta pasti mengetahui seluruh
seluk-beluk ciptaan-Nya. Allah Swt berfirman :
وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ
عَلِيمٞ ٢٩
“Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S.
al-Baqoroh : 29)
10) Hayat
Allah Swt
bersifat Hayat, artinya hidup. Mustahil Allah Swt itu mati. Kalau Sang Pemelihara Alam mati, maka alam ini
pastilah binasa. Allah Swt hidup abadi, tidak ada ujungnya, tidak ada akhirnya.
Allah swt berfirman :
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ
“Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (Q.S.
al-Baqoroh : 255)
11) Sama’
Allah Swt
memiliki sifat sama’, yang artinya mendengar . Mustahil Allah Swt itu
tuli. Dia mendengar, bukan dengan menggunakan daun telinga. Dia mendengar tidak
memerlukan alat seperti makhluk. Tak ada satu halpun yang dapat tersembunyi
dari pendengaran Allah Swt.
Allah Swt
berfirman :
وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡبَصِيرُ ١١
“dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
(Q.S. asy-Syuura : 11)
12) Bashar
Allah Swt
memiliki sifat bashar¸ yang artinya melihat. Mustahil Ia buta, sebab
buta adala salah sifat kekurangan. Tuhan
harus bersifat ke maha sempurnaan. Allah Swt melihat tidak menggunakan alat,
perangkat, atau anggota tubuh seperti bola mata. Tidak boleh menyifatkan Allah
Swt dengan sifat-sifat jasmaniyah seperti itu. Imam al-Ghozali rahimahullah
mengatakan, tak ada apapun yang dapat luput dari penglihatan Allah Swt;
meskipun seekor semut hitam diatas batu hitam di malam yang kelam. Allah Swt
melihat yang tampak, maupun yang bathin, bahkan yang kita sembunyikan di dalam
dada. Mengenai sifat ini, Allah Swt berfirman :
وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡبَصِيرُ ١١
“dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
(Q.S. asy-Syuura : 11)
13) Kalam
Allah Swt
memiliki sifat kalaam, yang artinya berbicara. Mustahil Tuhan itu bisu.
Allah Swt berbicara namun tidak seperti makhluk-Nya. Imam al-Ghozali rahimahullah
mengatakan :
“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha Berbicara.
Ia memerintah, melarang, berjanji dan memberikan ancaman dengan kalaam yang
azaly serta qodim (terdahulu) . Kalaam Allah Swt tidak sama dengan kalaam
makhluk, sebagaimana Dzat Allah Swt tidaklah sama dengan dzat para makhluk.
Maka kalaam Allah Swt bukan berupa suara yang dihasilkan oleh infiltrasi udara
atau pantulan dari bunyi-bunyian. Kalaam Allah Swt juga bukan berupa huruf yang
terbentuk akibat gerakan bibir dan pergerakan lidah.
Al-qur’an, Taurat, Injil, dan Zabur adalah
kitab-kitab yang Allah Swt turunkan kepada para rasul-Nya. Sesungguhnya
al-Qur’an itu dapat dibaca dengan lidah, ditulis dalam mushaf, dan dihafal di
dalam hati. Meskipun demikian, al-Qur’an
itu qodim sesuai dengan Dzat Allah Swt,
ia tidak terpisah dari Allah Swt dengan kepindahannya ke hati atau
lembaran-lembaran. Sesungguhnya Nabi
Musa As mendengar kalaamullah tidak berbentuk suara ataupun huruf ”. Dalil sifat
kalaam ini adalah firman Allah Swt :
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِيمٗا ١٦٤
“Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan sebenar-benarnya”
(Q.S. al-Nisa
: 164)
14) (Kaunuhu) Qoodiron
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Qoodiron, artinya “keadaan-Nya senantiasa berkuasa”.
Karena Allah Swt memiliki sifat qudrot, maka Allah Swt senantiasa dalam
keadaan berkuasa. Kekuasaan-Nya tidak pernah berkurang sedikitpun. Kekuasaan-Nya
tidak pernah hilang sekejappun. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat qudrot.
15) (Kaunuhu) Muriidan
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Muriidan, artinya “keadaan-Nya senantiasa
berkehendak”. Karena Allah Swt memiliki sifat Iroodah, maka Allah Swt
senantiasa dalam keadaan berkehendak. Tidak akan pernah ada makhluk yang dapat
memaksakan kehendaknya kepada Allah Swt. Dalilnya sama dengan yang ada pada
sifat iroodah.
16) (Kaunuhu) ‘Aaliman
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) ‘Aaliman, artinya “senantiasa dalam
keadaan-mengetahui”. Karena Allah Swt memiliki sifat ilmu, maka Allah
Swt senantiasa dalam keadaan mengetahui. Dalilnya sama dengan yang ada pada
sifat ilmu.
17) (Kaunuhu) Hayyan
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Hayyan, artinya “senantiasa dalam keadaan hidup”.
Karena Allah Swt memiliki sifat hayaat, maka Allah Swt senantiasa dalam
keadaan hidup. Makhluk itu hidup lalu mati. Sedangkan Allah Swt hidup, dan
tetap dalam keadaan hidup selamanya. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat hayaat.
18) (Kaunuhu) Samii’an
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Samii’an, artinya “senantiasa dalam keadaan mendengar”.
Karena Allah Swt memiliki sifat sama’, maka Allah Swt senantiasa dalam
keadaan mendengar. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat sama’.
19) (Kaunuhu) Bashiiron
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Bashiiron, artinya “senantiasa dalam keadaan mendengar”.
Karena Allah Swt memiliki sifat bashor, maka Allah Swt senantiasa dalam
keadaan melihat. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat bashor.
20)
(Kaunuhu)
Mutakalliman
Allah Swt
bersifat (Kaunuhu) Mutakalliman, artinya “senantiasa dalam keadaan berbicara”.
Karena Allah Swt memiliki sifat kalaam, maka Allah Swt senantiasa dalam
keadaan berbicara. Dalilnya sama dengan yang ada pada sifat kalaam.
1. Sifat Mustahil Bagi Allah Swt
Sifat mustahil bagi Allah Swt adalah sifat-sifat
yang tidak boleh dan tidak mungkin ada pada Allah Swt. Sifat mustahil bagi
Allah Swt ada 20 (dua puluh), yaitu kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah
Swt.
2. Sifat Jaiz bagi Allah Swt
Jaiz secara bahasa artinya “boleh”. Sifat
jaiz bagi Allah Swt hanya ada 1 (satu), yaitu :
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْ تَرْكُهُ
“Mengerjakan segala
sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya”
Maksudnya adalah Allah Swt bebas apakah
mencipta atau tidak mencipta. Allah Swt bebas untuk berbuat atau tidak berbuat.
Tidak ada paksaan bagi Allah Swt dalam melakukan sesuatu, atau tidak melakukan
sesuatu. Allah Swt bebas menciptakan makhluk sesuai dengan sunnatullah atau
tidak sesuai dengan sunnatullah. Allah Swt bebas menjadikan anak unta
terlahir dari induknya. Allah Swt juga bebas saja menjadikan anak unta Nabi
Shaleh As terlahir dari sebuah batu.
Terkait hal ini, Allah Swt berfirman :
رَّبُّكُمۡ أَعۡلَمُ
بِكُمۡۖ إِن يَشَأۡ يَرۡحَمۡكُمۡ أَوۡ إِن يَشَأۡ يُعَذِّبۡكُمۡۚ
“Tuhan kalian lebih mengetahui tentang kalian. Dia akan merahmati kalian jika Dia menghendaki dan Dia akan mengadzab kalian, jika Dia menghendaki”(Q.S. al-Isra : 54)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar