1. Iman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah Swt artinya kita beriman
bahwa Allah Swt itu ada dan beri’tiqad bahwa Dia memiliki sifat-sifat Jamaal
(keindahan), Jalaal (kebesaran) dan Kamaal (kesempurnaan) dan
Maha Suci Allah dari semua sifat kekurangan. Adapun yang wajib diketahui oleh
setiap muslim yang baligh dan mukallaf adalah:
1) Sifat wajib bagi Allah Swt ada 20
2) Sifat mustahil bagi Allah Swt ada 20
3) Sifat jaiz bagi Allah Swt ada 1
2. Iman kepada malaikat
Malaikat adalah makhluk yang Allah Swt
ciptakan dari nuur (cahaya). Mereka tidak makan dan minum. Mereka adalah
makhluk-makhluk yang mulia, hamba-hamba yang taat, tidak pernah durhaka kepada
Allah Swt dan selalu melaksanakan apapun yang Allah Swt perintahkan. Hakikat
tubuh malaikat hanya diketahui oleh Allah Swt, kita tidak diwajibkan untuk
mengetahuinya. Begitu pula dengan jumlahnya. Kita tidak diwajibkan untuk
mengetahui jumlah seluruh malaikat, karena hanya Allah Swt yang tahu tentang
hal itu. Kita hanya diwajibkan untuk mengetahui 10 orang malaikat utama beserta
tugas-tugasnya, yaitu :
No |
Nama |
Tugas |
1 |
Jibril As |
Menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul |
2 |
Mikail As |
Membagikan rizki, mengatur hujan,
kesuburan, dll |
3 |
Israfil As |
Meniup sangkakala |
4 |
Izrail As |
Mencabut nyawa |
5 & 6 |
Munkar – Nakir As |
Menanyai orang yang telah wafat di alam
barzakh |
7 & 8 |
Roqib – Atid As |
Roqib mencatat amal baik,‘ Atid mencatat
amal buruk |
9 |
Malik As |
Menjaga pintu neraka |
10 |
Ridwan As |
Menjaga pintu surga |
3. Iman kepada kitab
Umat Islam wajib mempercayai adanya kitab
suci yang Allah Swt turunkan kepada para rasul. Kitab suci itu Allah Swt
turunkan tidak hanya sebagai bukti kenabian, tapi juga petunjuk bagi umat
manusia. Karena Allah Swt telah mengutus banyak nabi dan rasul, maka besar
kemungkinan bahwa kitab suci itu juga ada banyak. Namun yang wajib untuk
diketahui itu hanya ada 4 (empat) yaitu :
1. Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As
2. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud As
3. Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa bin
Maryam As
4. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw
Terkait kitab-kitab suci ini, Allah Swt
berfirman :
إِنَّآ أَنزَلۡنَا
ٱلتَّوۡرَىٰةَ فِيهَا هُدٗى وَنُورٞۚ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya” (Q.S.
al-Maidah : 44)
وَءَاتَيۡنَا دَاوُۥدَ
زَبُورٗا ٥٥
“dan Kami berikan Zabur kepada Daud” (Q.S. al-Isra : 55)
وَقَفَّيۡنَا عَلَىٰٓ
ءَاثَٰرِهِم بِعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ
ٱلتَّوۡرَىٰةِۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡإِنجِيلَ فِيهِ هُدٗى وَنُورٞ
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan
mengutus Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat.
Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil, didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya”
(Q.S. al-Maidah : 46)
Adapun terkait dengan al-Qur’an al-Karim,
Allah Swt berfirman :
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا
لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Q.S. Yusuf :
2)
Selain kitab, Allah Swt juga menurunkan shuhuf
(lembaran-lembaran wahyu) kepada para nabi, misalnya Nabi Ibrahim As dan Nabi
Musa As. Terkait dengan hal ini, Allah Swt berfirman :
إِنَّ هَٰذَا لَفِي
ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ ١٨ صُحُفِ
إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ ١٩
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang
dahulu (18) (yaitu) shuhufnya Ibrahim
dan Musa” (Q.S. al-A’laa : 18-19
Adapun
yang dimaksud dengan beriman terhadap kitab-kitab terdahulu adalah : beriman
bahwa dahulu Allah Swt menurunkan kitab-kitab tersebut kepada para rasul
sebagai petunjuk bagi umat terdahulu. Jadi bukan mencampur adukkan keimanan
antara Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur’an.
Adapun pada zaman ini, umat Islam mengimani al-Qur’an dan tunduk pada
hukum yang tertuang di dalamnya. Sedangkan kitab-kitab Taurat dan Injil yang
beredar sekarang ini sudah tidak asli serta mengalami perubahan (penambahan
maupun pengurangan).
Allah Swt berfirman tentang perubahan pad a
Taurat :
مِّنَ
ٱلَّذِينَ هَادُواْ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya..” (Q.S. al-Nisa :46)
Allah Swt berfirman tentang perubahan pada
Injil :
وَمِنَ
ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّا نَصَٰرَىٰٓ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَهُمۡ فَنَسُواْ حَظّٗا
مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَأَغۡرَيۡنَا بَيۡنَهُمُ ٱلۡعَدَاوَةَ وَٱلۡبَغۡضَآءَ
إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ وَسَوۡفَ يُنَبِّئُهُمُ ٱللَّهُ بِمَا كَانُواْ
يَصۡنَعُونَ .
“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian
mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah
diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan
dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada
mereka apa yang mereka kerjakan”
(Q.S. al-Maidah : 14)
Adapun al-Qur’an al-Karim akan senantiasa
dijaga keasliannya oleh Allah Swt. Hal ini sealan dengan firman-Nya :
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا
لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. al-Hijr
: 9)
4. Iman kepada para nabi dan rasul
Nabi dan rasul adalah utusan Allah Swt bagi
umat manusia di muka bumi. Mereka memberikan kabar gembira bagi orang-orang
yang berbuat baik dan memberikan peringatan serta ancaman bagi orang-orang yang
berbuat keburukan.
Nabi adalah : manusia yang mendapat wahyu
dari Allah Swt meskipun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya kepada
manusia lain.
Rasul adalah : manusia yang mendapat wahyu
dari Allah Swt dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia
lain. Baik nabi maupun rasul, kesemuanya adalah laki-laki. Tidak ada nabi
dan rasul wanita. Iman kepada para nabi dan rasul artinya mengimani bahwa
Allah Swt telah mengutus para nabi dan rasul ke muka bumi ini.
Untuk menguatkan dakwah dan sebagai bukti
kenabian, Allah Swt memberikan kepada para nabi dan rasul mukjizat. Mukjizat
adalah : perkara luar biasa, diluar kebiasaan, yang Allah Swt berikan kepada
para nabi dan rasul, yang dapat ditampakkan dihadapan orang lain,dimana
orang-orang yang mengingkarinya tidak mampu berbuat yang serupa.
Syaikh Nawawi al-Banteny rahimahullah
ta’ala dalam kitab Qatrul Ghoits menyebutkan bahwa jumlah para nabi
ada 124.000 orang dan 313 diantaranya diangkat menjadi rasul. Apakah wajib
mengetahui semua jumlah nabi tersebut? Tidak. Kita hanya diwajibkan mengetahui
25 orang nabi dan rasul, yaitu :
1) Nabi Adam As
2) Nabi Idris As
3) Nabi Nuh As
4) Nabi Hud As
5) Nabi Shaleh As
6) Nabi Ibrahim As
7) Nabi Luth As
8) Nabi Isma’il As
9) Nabi Ishaq As
10) Nabi Ya’qub As
11) Nabi Yusuf As
12) Nabi Ayub As
13) Nabi Syu’aib As
14)
Nabi Musa As
15)
Nabi Harun As
16)
Nabi Dzulkifli
As
17)
Nabi Daud As
18)
Nabi Sulaiman
As
19)
Nabi Ilyas As
20)
Nabi
Ilyasa’ As
21)
Nabi Yunus As
22)
Nabi Zakaria
As
23)
Nabi Yahya As
24)
Nabi Isa As
25)
Nabi Muhammad
Saw
Seluruh nabi dan rasul tersebut diutus Allah
Swt untuk berdakwah kepada kaum tertentu. Syari’at mereka terbatas dengan
daerah dan waktu tertentu. Adapun Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang terakhir.
Beliau diutus kepada seluruh manusia. Syari’at yang beliau bawa terus berlaku
sampai hari kiamat.
5. Iman kepada hari akhir
Hari akhir adalah : hari yang keadaannya
sangat dahsyat. Al-Qur’an menggambarkan dengan bahasa kiasan bahwa kedahsyatan
hari akhir itu dapat membuat seorang bayi tiba-tiba menjadi beruban. Beriman
kepada hari akhir artinya : mengimani dan mempercayai bahwa hari akhir itu
akan datang.
Hal-hal yang harus diimani terkait dengan
hari akhir adalah :
1. Setiap orang akan mati bila telah tiba
ajalnya. Bila saat kematian sudah datang, tak bisa dimundurkan atau dimajukan.
2. Setelah mati, manusia dikubur di tanah. Di
alam kubur (barzakh) manusia akan ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir.
Orang-orang yang mendapat rahmat Allah Swt akan merasakan nikmat kubur,
sedangkan orang-orang yang celaka akan merasakan siksa kubur.
3. Setelah hari kiamat, manusia akan
dibangkitkan dari alam kubur untuk dikumpulkan di padang Mahsyar guna dihisab.
Inilah yang kadang juga disebut dengan nama “Yaumul Hisaab” atau Hari
Penghitungan.
4. Titian shiraat dibentangkan di atas neraka
jahannam. Orang-orang yang bahagia dapat melaluinya sedangkan orang-orang yang
celaka akan jatuh ke dalam neraka.
5. Orang-orang mukmin yang beruntung masuk ke
dalam surga.
6. Orang-orang beriman yang masih memiliki
tanggungan dosa ada yang masuk ke neraka terlebih dahulu untuk menerima hukuman
atas perbuatan dosanya yang belum diampuni Allah Swt. Setelah itu, barulah
mereka akan diangkat untuk masuk ke dalam surga.
7. Orang-orang kafir kekal di dalam neraka ,
selama-lamanya.
Na’udzu
billaahi min dzaalik.
6. Iman kepada qodho dan qodar
Sebagian ulama menyamakan antara Qodho dan
Qodar dengan mengatakan keduanya adalah ketetapan dari Allah Swt. Sebagian lagi
membedakan keduanya dengan mengatakan Qodho adalah : ketetapan Allah Swt
tentang sesuatu di azali. Sedangkan Qodar adalah : perwujudan dari qadha
tadi secara terperinci, satu persatu, sesuai waktu yang telah Allah Swt
tentukan. Sederhananya, jika takdir tadi belum terwujud disebut qodho,
namun bila sudah terwujud disebut qadar.
Misalnya, seseorang dituliskan akan mati di
hari senin tanggal 15 April 2090 pada jam 9.15 pagi. Selama hal itu belum
terwujud, maka hal ini masih disebut qodho. Namun bila sudah (atau tengah)
terjadi, karena waktu yang ditentukan sudah tiba, hal ini disebut qodar.
Seorang muslim wajib mengimani dan meyakini
bahwa segala yang terjadi di alam ini sudah diatur dan ditentukan oleh Allah
Swt. Debu-debu yang berterbangan, dedaunan yang berguguran, angin yang
berhembus, air yang mengalir, bahkan atom yang mengambang di udara; semua sudah
Allah Swt tentukan. Tidak ada makhluk yang dapat membebaskan diri dari qodho
dan qodar. Allah Swt berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَٰهُ بِقَدَرٖ ٤٩
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar” (Q.S. al-Qomar : 49)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Allah
Swt telah menakdirkan segala sesuatu pada azal dan Allah Swt tahu bahwa segala
sesuatu itu akan terjadi pada waktu telah Dia tentukan. Maka sesuatu itu
terjadi sesuai dengan takdirnya”.
Umat Islam wajib meyakini bahwa segala
sesuatu sudah ada takdirnya. Termasuk perkara rizki. Hanya saja, kita tidak
tahu kepastiannya. Itulah kenapa kita tidak diperbolehkan hanya menunggu takdir
saja, tanpa mau bekerja. Bekerjalah dan berusahalah, kemudian serahkan hasilnya
pada taqdir Allah Swt. Itulah kenapa, jika ada seseorang yang meletakkan suatu
benih di atas batu, lalu ia duduk menunggu tumbuh dan berbuahnya benih itu,
Imam al-Ghozaly rahimahullah menyebutnya sebagai orang yang dungu dan
sangat bodoh.
Itulah penjabaran singkat tentang Rukun Iman.
Pahami apa yang dipaparkan dan pelajarilah di bawah bimbingan seorang guru. Mudah-mudahan
Allah Swt menjaga iman kita dan memudahkan langkah kita untuk menegakkan
pengamalan rukun iman dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar