Rasulullah Saw adalah makhluk Allah Swt yang paling mulia. Kedudukan beliau adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan seluruh makhluk yang lain. Sebagai umatnya, kita diperintahkan untuk mencintai beliau, melebihi cinta kita kepada orang tua, istri, maupun anak-anak kita. Salah satu bentuk cinta umat ini terhadap nabinya adalah dengan seringnya kita menyebut-nyebut nama beliau Saw, baik dalam shalawat, doa, ataupun lainnya.
Salah satu amaliyah ahlussunnah wal jama’ah adalah berdoa dengan bertawassul dengan Rasulullah Saw. Sebenarnya, dalam masalah tawassul ini sudah ada kesepakatan ulama empat madzhab akan kebolehannya. Bahkan, sebagian imam madzhab menganggap hukum bertawassul dengan Rasulullah Saw itu sebagai sunnah. Mereka juga tidak membedakan antara bertawassul dengan Rasulullah Saw saat masih hidup, maupun setelah wafat.
Imam Taqiyyuddin
as-Subki mengatakan bahwa tidak ada satu ulamapun yang menentang hal ini hingga
datanglah Syaikh Ibnu Taimiyah (661 H – 728 H). Syaikh Ibnu Taimiyah membedakan
antara tawassul dengan Rasulullah Saw saat masih hidup dengan setelah wafatnya.
Namun, pendapat Syaikh Ibnu Taimiyah ini ditolak oleh para ulama.
Dalam kitab Fataawaa
as-Subki, hal. 119 Imam as-Subki mengatakan :
“Ketahuilah, bahwa
hukum bertawassul, meminta tolong, dan meminta syafa’at kepada Rasulullah Saw adalah
boleh dan baik. Kebolehan dan kebaikannya ini adalah perkara yang telah
diketahui secara pasti oleh setiap pemeluk agama ini. Perbuatan ini juga
termasuk perbuatan para nabi, rasul, ulama salaf, orang-orang shaleh dan
orang-orang awam. Tidak ada satupun yang mengingkarinya dari masa ke masa
sampai datangnya Ibnu Taimiyah. Ia lalu berkata dengan ucapan yang
membingungkan orang-orang yang akal dan agamanya masih lemah. Dan ia
menciptakan sebuah pendapat baru yang sebelumnya tidak pernah ada”.
Para ulama yang
membolehkan tawassul mengetengahkan dalil sebagai berikut:
Firman Allah Swt :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ
وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S. al-Maidah : 35)
Firman Allah Swt :
أُوْلَٰٓئِكَ
ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ
أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ إِنَّ عَذَابَ
رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورٗا ٥٧
“Orang-orang yang mereka seru
itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah) kepada Tuhan mereka siapa di antara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti” (Q.S. al-Isra : 57)
Firman Allah Swt :
وَمَآ
أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ
إِذ ظَّلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ جَآءُوكَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ ٱللَّهَ وَٱسۡتَغۡفَرَ
لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُواْ ٱللَّهَ تَوَّابٗا رَّحِيمٗا ٦٤
“Dan Kami tidak mengutus
seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya
jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Q.S. al-Nisa’ : 64)
Dalil dari as-Sunnah
:
Dari Usman bin Hanif,
ia berkata , “Sesungguhnya ada seorang laki-laki buta menemui Rasulullah Saw.
Ia lalu berkata, ‘Saya berharap anda berdoa kepada Allah Swt agar Dia
menyembuhkan kebutaanku’ Baginda nabi saw menjawab, ‘Jika kamu mau, aku akan
berdoa untuk kesembuhanmu. Tapi jika kamu bisa bersabar, maka itu lebih baik
untukmu’. Laki-laki buta itu menjawab, ‘Mohon berdoalah kepada Allah Swt
untuk kesembuhanku’. Baginda nabi saw kemudian memerintahkan laki-laki tersebut
untuk berwudhu dengan sempurna lalu berdoa dengan doa ini :
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ
مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي
فِي حَاجَتِيْ هٰذِهِ ، لِتُقْضَى لِي ، اَللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan
perantara nabi-Mu Muhammad, nabi yang penuh rahmat. Yaa Muhammad! Sungguh aku
menghadapkan diriku kepada Tuhanku dengan menjadikan dirimu sebagai perantaraku,
agar hajatku dikabulkan. Ya Allah, berikanlah kepadanya pertolongan untukku” (H.R. Tirmidzi, Nasai, dan Ibn Majah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar